Pembuka
Ada dua kelompok manusia saat ini hadir di media sosial. Yang pertama, silakan ke Facebook.com, dan perhatikan dengan mudah saja anda akan temukan ada saja orang Papua yang selalu berganti foto setiap hari, bahkan foto profil-pun digonta-ganti. Setiap apapun yang dilakukannya, pasti difoto dan ditampilkan di Facebook atau Instagram atau Twitter.
Kelompok kedua ialah orang-orang yang selalu berkomentar, memberikan catatan dan menyatakan pendapat terhadap berbagai hal dalam kehidupan. Akan tetapi, lebih cenderung ialah menyoroti berbagai persoalan yang muncul secara hukum, sosial dan politik. Walaupun di Melanesia belum nampak, banyak juga yang berbicara tentang agama, iman dan moralitas.
Fokus Pikiran
Kelompok pertama memfokuskan diri kepada diri sendiri. Apa yang ada di dalam dirinya, yang ada di luar dirinya, di sekitarnya, dan bahkan di luar di dunia maya sana menjadi perhatian dia. Saya baru saja menanyakan salah satu orang yang selalu mengeluarkan foto-foto setiap hari ini halaman facebook.com nya, “Apa dasar yang mendorong di dalam hati, sehingga semacam terdesak menaikkan foto-foto diri sendiri?” Menarik, ia menjawab, “Saya mau orang melihat saya cantik, saya menarik, saya masih bisa diandalkan”. Dalam hal ini perempuan yang menyatakan hal ini, sehingga, dengan mudah kita mengatakan dengan singkat, “Ia sedang mencari perhatian!” Dan dalam hal ini perhatian dari lawan jenis. Tujuan dari mencari perhatian bisa bermacam-macam, dari yang paling sederhana, hanya supaya orang bangga melihat dirinya sampai merasa tertarik dengannya.
Sedangkan kelompok kedua memfokuskan dirinya kepada hal-hal yang dilihat salah atau keliru di pihak orang lain di luar sana. Contoh yang paling mudah, ialah orang Papua melihat NKRI salah, orang Indonesia salah, PBB salah, Papua New Guinea salah, pemerintah salah. Dengan dasar pemikiran ini, sama seperti saya sendiri, karena saya sendiri masuk dalam kelompok ini, maka tuilsan-tulisan yang kami sampaikan ialah untuk paling tidak menegur, dan kalau untuk merubah pola pikir dan kemudian perilaku orang-orang yang kita lihat dan anggap keliru atau bersalah.
Jadi, kelompok pertama dan kelompok kedua sebenarnya didorong oleh sesuatu yang sama, yaitu bahwa ada sesuatu yang dianggap belum ada di dalam dirinya, sehingga ia sedang mencari perhatian dari pihak lain di luar sana, terutama di dunia maya. Tujuannya agar pihak lain yang diharapkan itu dapat menanggapinya. Tanggapan untuk kelompok pertama ialah menyukai gambar-gambar yang dikeluarkan, dan bila perlu “jatuh hati”, dan selanjutnya berpikir untuk menjalin hubungan baik secara langsung maupun tidak langsung. Sementara tanggapan yang diharapkan oleh para penulis di dinding facebook.com ialah perubahan pemikiran dan kemudian diwujudkan dengan perubahan perilaku. Akan tetapi tujaun jarak-dekat ialah untuk membuat si pembicara atau pelaku yang disorot supaya merasa malu.
Contohnya saya tulis catatan singkat ini, agar supaya kedua belah pihak merasa sadar, dan menyatakan, “Ah, begini e!” adoh, kalau bagitu bagaimana?”
Simpulan
Yang jelas tujuan saya menulis catatan ini bukan untuk memperbaiki siapa-siapa, akan tetapi supaya kita berdialog dengan diri kita sendiri sebelum kita menulis dan sebelum kita mengupload video, audio atau gambar, sehingga tantara tujuan kita dan apa yang kita lakukan tepat, sehingga orang lain tidak salah sangka, dan supaya kita sendiri tidak salah langkah.
Tidak ada yang salah dan benar, tidak ada yang dosa dan kudus. Yang disoroti di sini ialah agar kita semua sadar akan apa yang sedang kita lakukan, dan juga bisa mengukur sejauh mana tujuan kita tercapai dengan apa yang kita lakukan selama ini.
Paling tidak ada perubahan, dari waktu ke waktu segala sesuatu berubah… dan oleh karena itu perilaku media sosial kita juga perlu disesuaikan dengan kondisi bathin dan mental kita, disesuaikan dengan tujuan hidup, tujuan tindakan kita dalam bentuk foto-foto, video, audio dan tulisan.
[Salam waras…..!]