Orang Papua Lebih Sibuk Urus Pendudukan NKRI, tetapi Bermesraan Dengan “Alcoholism” yang Lebih Menjajah

Saya termasuk “korban” yang sudah dapat mengkleim diri “merdeka” sebagian besar dari “alcoholism”. Pendudukan pikiran dan jiwa, penjajahan mental dan psikologis yang dilakukan oleh “Alkohol”, termasuk perusahan rumah tangga sama-sekali tidak pernah dilawan oleh bangsa Papua. Ini menjadi renungan saya ketika kita bangsa Papua ramai-ramai memeriahkan kemerdekaan Negara West Papua 1 Desember 2018 ini. Semua Orang Asli Papua (OAP), tidak perduli mereka yang turun berdemo di jalan raya atau mereka yang berkantor di provinsi, kabupaten, kota, distrik dan bahkan mereka yang ada di Gedung DPR RI dan Istana Presiden Indonesia sekali-pun, semua OAP punya suara nurani, yang mengatakan “1 Desember adalah HUT Kemerdekaan-mu”

OAP merasa bahwa ketika Nieuw Guinea Raad atau Dewan New Guinea atau KNPB versi 1960-an mengumumkan Manifesto Politik 1961, maka itu merupakan Deklarasi Kemerdekaan. Itu yang dipercaya sampai dirayakan setiap tahun sejak 1 Desember 2000. Tahun-tahun sebelum itu yang diperingati sebagai HUT Kemerdekaan Negara Republik West Papua ialah 1 Juli 1971.

Antara Merdeka dari Indonesia dan Merdeka dari Alkoholisme, mana yang lebih pnting?

Kalau saya ditanya hari ini, saya harus terus-terang bahwa kemerdekaan dari Alcoholism adalah yang fundamental dan haruslah menjadi pengalaman pribadi lepas pribadi OAP. Dan karena itu kalau ada OAP yang masih menjadi budak Miras atau minuman beralkohol, maka sebaiknya dia harus berupaya mengalahkan alkoholisme dulu sebelum berjuang secara politik.

Kalau kita keliling dunia dan menyaksikan dinamika kehidupan bangsa-bangsa di muka Bumi, dengan mudah kita akan temukan dan tidak perlu studi mendalam untuk membuktikan bahwa semua bangsa yang pernah dijajah, dan sedang dijajah, serta meminjam kata Dr. Benny Giay, bangsa yang “memenuhi syarat untuk dijajah” ialah bangsa-bangsa yang “suka dengan alkohol” atau alkoholik, atau bangsa-bangsa yang dijajah dan diperbudak oleh minuman keras.

Bangsa yang merdeka dari alkoholisme seperti orang Jawa, orang Sulawesi, orang Singapore, orang Thailand, orang Bali, orang Vanuatu, orang China dapat dengan mudah kita bandingkan dengan bangsa-bangsa yang bermental budak seperti yang kita tahu di pulau New Guinea: West Papua dan Papua New Guinea, Irlandia, Aboriginal Australia, American Indian dan rata-rata ras Afrika di Benua Hitam. Perbudakan oleh Alkoholisme tidak didasarkan pada ras atau kulit, tetapi didasarkan pada pertahanan pribadi secara individua ataupun secara kelompok suku-bangsa dan ras dalam mengatakan “TIDAK” kepada alkoholisme.

Dari pimpinan pusat di pulau New Guinea sampai negara-negara di Afrika dan Caribbean dapat kita lihat dengan jelas kita di tempat-tempat ini masih bermental budak, masih berpikiran negatif dalam banyak hal, masih selalu mengeluh, masih selalu menyalahkan orang lain atas apa-apa saja menimpa diri kita pribadi atau suku, bangsa, ras kita.

Merdeka yang sesungguhnya

Merdeka yang sesungguhnya ialah merdeka dari hal-hal yang bersifat membelenggu nafsu dan ke-pribadi-an kita, setelah itu, dapat kita melawan dan memenangkan perjuangan menentang hal-hal yang bersifat sosial, politik, hukum dan ekonomi. Akan tetapi bilamana mentalitas, kepribadian, kelemahan yang melekat pada diri kita masih membelenggu kita, mana bisa kita melangkah jauh, menjadi manusia merdeka, maju dan modern?

[Ada banyak aspek lain juga ditulis terkait revolusi mental dalam blog ini]

Alkoholisme sudah merusak banyak keluarga dan nyawa orang

Banyak OAP mati terbunuh lewat tabrakan, saling membunuh, dan mati mendadak disebabkan oleh Miras. Banyak keluarga OAP punya pengalaman atau paling tidak mengetahui ada OAP meninggal setelah miras.Banyak anak-anak Papua menyaksikan orang tua mereka bertengkar dan berkelahi setelah ayah atau ibu mereka mabuk terkena miras. Banyak anak-anak Papua punya pengalaman berkehali atau menonoton perkelahian akibat Miras. Tidak begitu di pulau Jawa, Sulawesi, Kalimantan, Bali atua Sumatera. Jarang anak-anak menyaksikan orang tua mabuk dan bertengkar, berkelahi dan sejenisnya.

Gubernur Lukas Enemeb mengumumkan Pakta Integritas tentang Larangan Miras karena beliau mengetahui persis bahwa di Tanah Papua banyak rumah tangga hancur, bercerai-berai, banyak kekerasan rumah-tangga terjadi, banyak keluarga melarat, walaupun orang tua pegawai negeri atau swasta, banyak keluarga kelihatan miskin, karena kebanyakan uang yang diambil dihabiskan dengan Minuman beralkohol yang memabukkan.

Dampak ikutannya, banyak keluarga terkena HIV/AIDS karena para OAP yang sudah mabuk bersetubuh dengan orang-orang lain yang sudah terkena penyakit, seks bebas setelah miras menyebabkan penyebaran virus HIV/AIDS menjadi liar dan tidak terkendali. Banyak OAP hancur karena ini.

Penutup

Kami serukan kepada semua OAP di mana-pun Anda berada, mari kita hentikan kebiasaan-kebiasaan negatif, yang berasal dari bangsa, ras, sumber luar, yang telah membelenggu kepribadian kita, yang merusak masa depan kita.

Kita OAP harus malu, setiap kelemahan, setiap kekurangan, setiap masalah di Tanah Papua kita salahkan kepada NKRI dan orang Indonesia. Kita harus malu, kita rayakan HUT Papua Merdeka 1 Desember dan 1 Juli, tetapi kita sendiri manusia-manusia bermental budak dan diperbudak oleh alkoholisme dari keturunan ke keturunan.

Kita OAP harus berjuang merdeka dari alkoholisme dulu, sebelum bicara tentang jenis-jenis merdeka yang lain.

Kalau tidak, dunia ini akan terlibat seperti serba menentang kita. Karena alkoholisme akan membuat kita melihat dunia ini up-side down, dan inside-out.

Alkohol adalah MUSUH bebuyutan kita bersama. Alkohol lebih menjajah, lebih merusak, lebih membunuh kita sejak dulu sampai sekarang. Alkohol adalah minuman yang dapat dengan mudah kita kalahkan, tetapi selama ini selalu mengalahkan kita.

KATAKAN “T   I   D   A   K”,  TOLAK kepada MIRAS!

PAPUAmart.com: Waralaba Milik Perempuan Asli Papua (PAP), Mari Danai dan Lanjutkan

Sebuah revolusi bisnis telah terjadi di Tanah Papua, dipicu oleh kebijakan Koperasi Serba Usaha (KSU) Baliem Arabica yang peka terhadap potensi dan peluang dalam menjalankan usahanya, dengan melahirkan PAPUAmart.com sebagai wadah distribusi, promosi, dan penjualan produk Koperasi Kopi Papua sejak tahun 2013.

PAPUAmart.com telah menjadi toko Online tahun 2014, minimarket tahun 2015, dan disusul kios KKLingkar.com dan Café Papua bernama BANANALeaf.Café sejak 2016. Lalu Tahun 2017 telah hadir marketplace www.kklingkar.com dan www.papuamall.com untuk membantu pengusaha Asli Papua menjual produk langsung dari tempat mereka kepada pembeli di seluruh dunia.

Revolusi terus berlanjut, dan tidak banyak orang tahu bahwa PAPUAmart.com adalah icon kebangkitan entrepreneur Perempuan Asli Papua (PAP), mewakili Orang Asli Papua (OAP), di mana lebih dari 90% pengurus dan karyawan PAPUAmart.com adalah PAP telah menjalankan  Toko Online PAPUAmart.com dengan Kantor Pusat di Yogyakarta dan toko offline pertama di Sentani, Kabupaten Jayapura, serta BANANALeaf.Café di Skyline, Kota Jayapura, didirikan dan telah berjalan dalam waktu singkat dan berpotensi dikembangkan menjadi grosir, relailer online dan offline, sekaligus sebagai café dengan sistem waralaba. Ini jelas berpotensi besar menjadikan perempuan Papua sebagai nyonya di atas tanah leluhurnya sendiri.

Dalam jangka menengah perlu didirikan minimal 1 minimarket PAPUAmart.com dan 1 Café BANANA Leaf di setiap Kota dan Kabupaten di seluruh Tanah Papua dalam waktu 10 tahun pertama. Kami sudah memulainya, dan kami dapat memandang ke depan apa yang dapat kita wujudkan bersama. Modal awal yang kami butuhkan ialah Rp.5.000.000.000,- (Terbilang: Lima Milyard Rupiah). Kami terbatas dengan sumberdaya dana, satu-satunya hambatan yang menunda kelanjutan revolusi dan mujizat Tuhan di Tanah Papua.

Untuk info selengkapnya, bagi calon investor, silahkan hubungi saya, Jhon Yonathan Kwano di SMS/WA: 082210183000 atau Email: papuamart@gmail.com

Najwa Shihab: “Jadilah pekerja kreatif, wiraswasta, profesi pekerjaan bebas”

by. NAJWA SHIHAB sumber: https://www.facebook.com/

Adik-adik remaja sekalian, jika kalian masih bercita-cita jadi PNS, biar besok-besok hidup terjamin sampai tua, maka itu cita-cita generasi luama sekali, orang tua kita dulu, SMA angkatan 70-80 mungkin masih begitu.

Jika kalian bercita-cita jadi karyawan BUMN, biar gaji bagus, pensiun ada, besar pula, maka itu juga generasi lama, paman-paman, tante-tante kita dulu, SMA angkatan 90-an, itu cita-citanya.

Jika kalian bercita-cita jadi karyawan multi nasional company, perusahaan swasta besar, biar bisa tugas di luar negeri, tunjangan dollar, itu juga cita-cita kakak-kakak kita dulu, yang SMA angkatan 2000-an.

Kalian adalah generasi berbeda..Kalian adalah yang SMP, SMA, atau kuliah di tahun 2010 ke atas. Seharusnya kalian tidak bercita-cita seperti itu lagi. Kalian adalah warga negara dunia, tersambung dengan seluruh sudut dunia.
Apa cita-cita kalian?

Jadilah pekerja kreatif, wiraswasta, profesi pekerjaan bebas, dan pekerjaan-pekerjaan yang menakjubkan lainnya. Kalian menonton film seperti Iron Man, Avengers, Minion, maka besok-besok giliran film kalian yang ditonton orang.

Kalian jadi konsumen Burger King, KFC, dll, maka besok-besok giliran orang lain yang jadi konsumen franchise milik kalian. Hari ini kalian memakai baju, pakaian buatan orang lain, besok-besok giliran orang lain yang pakai baju kalian.

Hari ini kalian berobat ke rumah sakit, besok-besok giliran orang yang berobat di klinik dengan sistem dan cara berbeda milik kalian.

Itulah dunia kalian. Masa depan

Jangan mau hanya jadi pengikut, follower, tapi berdiri di depan, giliran orang lain yang mengikuti dan mendengarkan trend yg kita buat. Maka bila saat itu tiba, kita bisa benar-benar bilang : Merdeka!!

Ayolah, lupakan sejenak bekerja jadi PNS, karyawan BUMN, atau karyawan swasta, masuk pagi, pulang malam. 30-40 tahun bekerja, pensiun. Itu sudah terlalu banyak orang yang melakukannya, masa’ kita akan ikut jalan serupa, saatnya kalian memulai jalan berbeda.

Jangan takut dengan kegagalan, jangan takut dengan tidak punya pekerjaan, menganggur, dll, dll. Sepanjang kita memang sungguh-sungguh, tahan banting, kita bisa menjadi yang terbaik di bidang yang kita geluti.

Setinggi apapun jabatan kalian, jika masih PNS, karyawan BUMN, karyawan swasta, maka sejatinya tetap saja suruhan orang lain. Punya atasan, dan hidup kita laksana siklus dari bulan ke bulan, gajian ke gajian.

Asyik duduk di belakang meja, lamat-lamat menatap media sosial, komen ini, komen itu, dan sebagainya, dan sebagainya. Tapi tetap saja begitu-begitu saja hidup kita.

Tidak, adik-adik sekalian, hidup kalian bisa lebih berwarna. Kalian bisa jadi apa saja.

Jangan buat sempit cita-cita, mimpi-mimpi kalian. Generasi kalian seharusnya tidak terikat waktu, tidak korupsi waktu, sebaliknya, kalian bebas dan fleksibel menentukan jam kerja sendiri.

Yakinlah, besok lusa, karya kalian akan menaklukkan kota-kota jauh, bahkan negara-negara jauh. Besok lusa, profesi kalian akan memiliki reputasi hingga pulau-pulau seberang, benua-benua luar.

Kalian bukan lagi generasi yang bahkan naik pesawat saja mahal dan susah. Atau mau berkirim kabar harus memakai telegram dan pager. Sambutlah masa depan kalian yang gemilang.

Jadilah pekerja kreatif, wiraswasta, profesi-profesi penuh passion dan suka-cita. Itulah panggilan generasi kalian. Dan saat kalian bisa menggapainya, kalian bisa berteriak sekencang mungkin: Merdeka! Karena hidup kalian sungguh sudah merdeka.

Mulailah dari sekarang, remaja. Cari hobi dan aktivitas bermanfaat. Tekuni. Besok-besok kalian menjadi master di bidang tersebut.

Maka kita tidak lagi bicara tentang besok pagi-pagi berangkat kerja, sore-sore pulang nanti macet, aduh, besok sudah Senin lagi, melainkan bicara: besok saya akan menginspirasi siapa, nanti sore saya akan mengubah apa, dan besok Senin saya akan meluncurkan karya apa lagi.
———————
Kita yg sudah terlanjur PNS ini kira-kira harus Bagaimana ?

Ingat Ungkapan Ini: “Saluran Independen dan Terpercaya!” ?

Ingat unagkapan ini membuat saya rasa mual

Bayngkan saja, setiap kali anda bertemu dengan temanmu, selalu dia sambut Anda dengan kata-kata seperti ini, “Selamat…., saya temanmu, yang jujur dan terpercaya. Saya sapa kamu, Selamat pagi”.

Reaksi yang paling mungkin secara normal ialah, “Ada kelainan dengan temanku ini”.  Soalnya sewaktu menyalami sudah megnaku diri ini dan itu. Jujur, independnt, terpercaya.

Artinya Apa?

Jujur artinya apa yang disiarkan itu tidak ada bias kepentingan apapun. Apa yang terjadi itu-lah yang disiarkan.

Independen artinya tidak tergantung kepada atau tidak menggantung siapa-pun. Berdiri sendiri. Tidak memihak. Secara awam kita sebut tidak cari muka.

Terpercaya artinya apa yang disiarkan harus dipercaya oleh pendengar, sebab tidak ada ketidak-benaran di sini. Kami sampaikan 100% kebenaran. Dibandingkan dengan pihak lain, kami yangada di puncak kepemimpinan dari sisi kebenaran berita. Karena itu kami-lah yang terpercaya.

Catatan Kami

Sudah umum diakui bahwa orang, teman, atau siapa saja yang selalu “mengaku diri” paling jujur dan paling independen dan paling benar adalah pihak yang pertama-tama harus disangsikan kredibilitasnya.

Pencuri tidak akan mengaku pencuri! Perampok juga sama! Orang benar tidak perlu mengaku “Saya orang benar!” Demikian juga orang jujur, orang benar, orang independent. Tidak usah kita akui, karena yang menilai kita bukan diri kita sendiri, tetapi mereka yang mendengar, mengenal, melihat kita.

Begtu kan?

 

Dunia ini adalah Ciptaan mu sendiri, baik, tidak baik, enak, tidak enak, semuanya.... Tugasku dan tugasmu bukan menjadi penyidik, pemeriksa, penilai, apalagi hakim dan jaksa atasnya, tetapi menjadi penonton setia, yang, menyaksikannya datang dan pergi, tanpa anda dan saya buat apa-apapun, berpikir-pun tidak.

You are in What You Think You Are…So Let it Flow…

Postitive Thinking, Possibility Thinking dan Potential Thinking

Positive Thinking (Norman Vincent Peale), Possibility Thinking (Robert Harold Schuller), Potential Thinking (Stephen Tong)

Banyak orang sudah sering, sayapun sering, berpikir, bicara dan menulis tentang “berpikir positif”. Beberapa waktu lalu saya tulis di blog ini dengan judul ““Positive Thinking” Menurut Saya Tidak Sekedar Berpikir Positif, Tetapi…  Terkait dengan itu ada artikel lain “Hukum Rohani Potensi Murni 1: Diam Diri, Tidak Egois, Tidak Menghakimi

Dalam Wikipedia, the free encylopedia tertulis “Norman Vincent Peale (May 31, 1898 – December 24, 1993) was an American minister and author known for his work in popularizing the concept of positive thinking”, (ia seorang hamba Tuhan dan penulis atas apa yang dikerjakannya dalam mempopulerkan konsep berpikir positif.”

Tiga Sekolah Pemikiran ini saya perlu dalami, terutama untuk pribadi, apa yang mereka maksudkan dan bagaimana saya bisa memanfaatkan ketiganya untuk mencapai idealosie saya sebagai enterpreneur Orang Asli Papua (OAP), yaitu “Menjadi kayaraya di tanah leluhur yang sudah terkenal di dunia sebagai surga kecil yang jatuh ke Bumi”

Positive Thinking – Possibility Thinking

Dalam artikel ini, Guru “Gurprriet Siingh” mengatakan orang yang berpikiran positif akan mencari  kemungkinan-kemungkinan untuk keluar dari keadaan sekarang kalau ada masalah yang dihadapi. Dengan kata lain, kalau ada masalah menimpa negeri, atau pribadi, maka para pemikir positif tidak akan duduk memikirkan dan mengeluh, apalagi menyalahkan dan mengkambing-hitamkan lalu menghakimi apa yang salah dan siapa yang salah. Tetapi mereka akan selalu memikirkan permasalahan itu sebagai kesempatan, dan dari kesempatan itu akan memikirkan kemungkinan untuk memanfaatkan kondisi yang ada.

Guru Siing juga katakan “possibility thinking” adalah TINDAKAN yang diambil dari pemikiran positif, apa yang dilakukan berdasarkan pemikiran masalah sebagai pelung tadi.

“It is only after “There has to be a way to make money even in this situation” (which is a positive thought)”,artinya hanya setelah berpikir, “Pasti ada cara untuk menghasilkan uang dalam siatusi ini” (yaitu pemikiran positif). lalu ada langkah berikut, yaitu kemungkinan-kemungkinan langkah untuk mewujudkan pemikiran positif bahwa situasi ini berpeluang dimanfaatkan untuk menghasilkan uang.

Dalam artikel ini, disimpulkan sebagai berikut

So positive thinking really is about not giving up mentally. About continuing to believe that there are opportunities.

WHEREAS

Possibility Thinking is about finding those opportunities. Taking action. Moving towards.

Jadi, “positive thinking” sesungguhnya menyangkut tidak menyerah secara mental. Tentang terus percaya bahwa ada peluang-peluang tersedia.

SEDANGKAN

“Possibility Thinking berhubungan dengan menemukan peluang-peluang dimaksud. Mengambil langka. Bergerak maju.

Positive Thinking, Possibility Thinking and Potential Thinking

Dalam positive thinking kita meyakini pasti ada solusi, dan solusi itu potensial atau berpeluang mendatangkan keuntungan. Potensi itu diwujudkan dengan memikirkan kemungkinan-kemungkinan (possibility) dan langkah-langkah yang ditempuh sebagai tindakan untuk mewujudkan pemikiran yang positif terhadpa kondisi, yaitu potensi yang kita lihat dari keadaan.

Kelihatannya ketiga sekolah pemikiran ini secara leterlek berbera, dari sisi makna kelihataan mirip tetapi tidak sama, dan dari sisi praktek aplikasinya mereka hadir sebagai tahapan dari satu paket yang sama. Orang yang ebrpikiran positif pasti memikirkan kemungkinan-kemungkinan, dan pemikiran tentang kemungkinan itu dalam rangka mencari potensi-potensi yang dapat dimanfaatkan untuk menghadapi dan melewati kondisi apapun yang menghadapi kita, atau kondisi apapun yang kita hadapi.

Tips Sederhana Mengatasi Pemikiran Negatif

Menurut GrandMaster Mantak Chia, Universal Healing Tao System mengajarkan hal-hal sederhana untuk menyeimbangkan energi negativ menjadi energi positiv. Satu tips untuk menetralisir ialah dengan satu kata satu perbuatan, “Senyum”

Hmmmm, benar?

Ya, benar, senyumlah kepada pemikiran itu. Senyumlah kepada masalah itu. Senyumlah kepada dirimu sendiri. Senyumlah kepada bayang-bayang itu. Senyumlah kepada orang yang tidak senang kepada Anda. Senyumlah kepada orang atau situasi yang Anda tidak senangi! Senyum! Senyum!, ya Senyum! saja.

Anda tidak tahu senyum? Ayooo…. STOP BACA! Coba senyum! Satu, dua, tida, “ya, Senyum…..”, tahan senyum mu itu selama beberapa detik, bila perlu 1 menit.

Anda tahu hukum alam ini, “Give – take”, “beri-terima”, bukan? Saat Anda memberi senyum, anda juga secara otomatis, tanpa harus minta, Anda menerima senyum.

GrandMaster saya, Mantak Chia selalu katakan, “Give, and you will receive!” Berilah senyum, maka akan Anda terima senyum. Senyumlah atas apa-pun yang menghadang. Apapun itu, bagaimanapun itu, siapapun itu, akan senyum balik.

Penutup

Aklhirnya saya harus tiba kepada ungkapan sederhana, terutama di tengah-tengah masyarakat di pulau Jawa, “Saya sih, ngalir aja!” Ungkapan ini mengandung ketiga sekolah pemikiran di atas. Saya selalu merujuk kepada perilaku manusia-manusia keturunan dan budaya China, yang terlihat jels kesibukan mereka ialah “mecari jalan keluar”, mereka tidak pernah sibuk dengan masalah.

China menyarkan berita-berita dan kampanye-kampanye tentang bahaya dan kelakuan China, balasannya “China sih ngalir aja”. Sama saja kami di Tanah Papua, OAP (Orang Asli Papua sibuknya duduk gosip, mencaci-memaki, menyesali, dan hal-hal tidak beguna, manusia Jawa, Makassar, Batak,, Toraja, mereka datang “ngalir”, jadi mereka ngalir sampai jauh, sejauh dapat ngalir.

Orang yang biasanya “ngalir” dijamin berumur panjang, dijamin kaya-raya, dijamin awet muda, dijamin bahagia.

Ah, saya mau…! Ayo… monggo… sami-sami

4 Faktor Penghambat Enterpreneurship Orang Asli Papua

Setelah hampir 5 tahun saya bertugas sebagai bagian dari pengembangan bisnis Orang Asli Papua (OAP) dengna tugas pokok mempromosikan dan menjual Kopi Papua di luar Tanah Papua, saya bolak-balik Tanah Papua, terutama ke Koperasi Serba Usaha Baliem Arabica (KASU BaliemArabica.com) dan saya temukan empat faktor utama yang menghambat enterpreneurship di Tanah Papua: mentalitas budak, dan siang-malam memperhatikan dan membanding-bandingkan diri dengan orang lain, ketiga menghakimi diri tidak bisa sama dengan mereka yang lain dan keempat, cepat puas dan mentok dengan apa yang telah diraih.

Pertama mentalitas budak, artinya mentalitas yang percaya bahwa dari dalam diri sendiri tidak ada apa-apa, yang ada hanyalah impian-impian belaka, dan mimpi-mimpi itu bisa terwujud hanya kalau “tuan” atau “sang majikan” menyetujuinya, dan tanpa itu tidak mungkin tercapai. Dan kalau impian itu tidak tercapai, maka yang salah ialah majikan, bukan saya sebagai budak, karena saya sebagai budak-kan hidup sepenuhnya di tangan majikan.

Ada orang Papua menderita, sakit, kena musibah, tidak bisa menjadi pengusaha, yang disalahkan adalah pemerintah,maka yang selalu disalahkan ialah Jakarta, yang disalahkan ialah orang pendatang. OAP sendiri tinggal pangku kaki, lipat tangan,, tiap saat duduk pikir dan hitungkesalahan dan kesalahan orang lain, tanpa pernah melihat kesalhaannya sendiri, kekurangannya sendiri, keterbelakangannya sendiri.

Mentalitas budak ini sangat menghambat enterpreneurship OAP di Tanah Papua karena dia merasa bahwa keberhasilan dia hanya dapat terwujud kalau orang lain: pendatang, pemerintah, orang luar (1) memberikan sumbangan; (2) memberikan hibah/ bantuan; (3) memberikan pinjaman. Tanpa itu dia percaya dia tidak akan pernah bisa menjadi kaya. Jelas ini konyol.

Kedua, ialah orang Papua hidup dari bangun tidur sampai tidur kembali memperhatikan orang-orang lain: kemajuan orang lain, permasalahan orang lain, perkembangan di daerah lain. Dengan perbandingan-perbandingan itu, dia mengeluhkan bahwa kondisi dirinya sendiri, daerahnya sendiri tidak maju-maju, dan itu disebabkan oleh orang-orang lain itu. Itu artinya dirinya sendiri tidak bersalah, karena dia tidak pernah bersalah.

Lho, kok orang Papua yang tidak kaya, kok orang Jawa yang salah?

Lho kok orang di Tanah Papua yang belum maju kok Jakarta yang salah?

Salahnya apa? Salahnya di mana?

Hentikan kebisaan mematikan membanding-bandingkan diri Anda dengan mereka yang datang dari luar Tanah Papua. Stop menyalahkan orang lain. Mulai berpacu, dari nol, mulai dari jual sayur keliling, sapu-sapu, jual-jual pinang di pinggir jalan, dan terus menanjak.

Yang ketiga, OAP tidak percaya bahwa dia berhak dan sanggup menjadi orang kaya-raya seperti Yusuf KAlla, Aburizal Bakrie, Chaerul Tanjung, Sandiaga Uno, dan sebagainya. OAP memvonis dirinya bahwa OAP secara kodrati tidak akan pernah menjadi kaya, dan oleh karena itu berjuang untuk menjadi kaya juga percuma.

Mentalitas ini memvonis diri OAP, sehingga walaupun mereka berbisnis ke sana-kemari, mereka di bawah alam sadar tahu bahwa mereka toh akhirnya tidak akan menjadi kaya. Tentu saja, selain ada kesalahan di otak OAP, ada dasar-dasar sosial-budaya juga yang mendasari pemikiran seperti ini.

Yang terakhir, yaitu bahwa pengusaha OAP merasa puas, merasa jenuh, tidak bergairah lagi, sudah merasa di situlah batasnya dia menjadi kaya, batas kesanggupan dia, dan karena itu tidak perlu muluk-muluk, tidak perlu beramisi tinggi, apa yang ada sudah cukup untuk makan-minum, jadi tidak usah berlebihan, tidak usah terlalu banting-tulang, tidak usah terlalu pusing kerja, tetapi lakukan secara santai, apa yang ada nimati saja, jangan terlalu berambisi.

Akibatnya semua peluang yang disediakan menjadi sia-sia, dan sebaliknya tidak menjadi berkat.

Ada juga yang merasa diri mentok bukan karena puas, tetapi karena tidak punya akal lagi, merasa bahwa “Ya, saya hanya mampu sampai di sini, selanjutnya nanti anak-anak yang teruskan”. Jadi tidak punya ambisi besar, OAP punya ambisi pas-pasan, itupun pas-pasan berkekurangan, pas-pasan mentok-mentokan, pas-pasan yang merugikan.

Semoga bermanfaat!

3 Worst Business To Start In Jakarta

Starting a business is one of the biggest wish of many Indonesians. With your own business, you can earn additional income, you can decide your own paycheck, you decide your own work hours too.

After all, who will still work in the same company, with the same pay, for 30 years?

However, many people also failed when they start a business. Most of the time, they failed not because they are inexperienced, or lack of capital. Most fail because they do the wrong business.

Here are 3 worst business to start in Jakarta.

Opening A Cafe

Opening a cafe seems to be the trend in the past few years. On the surface, it seems profitable to sell a cappuccino at RP.30,000, truffle fries at RP.45,000, eggs benedict toast at RP.75,000. However, no one sees the REAL Killer of opening a cafe – High Rental and Employee Cost.

The high rental can go up to RP.120,000,000 a month. Not to mention, you need pay at least 6 month to 12 month upfront to the landlord to secure the space. This means you need to pay RP.720,000,000 to the landlord, even before you sell your first coffee.

We have yet to add in renovation costs, and employee wages. You do your own maths. All these huge costs are reasons why more and more cafes are closing down.

>>Check Out This Business Which Don’t Need Huge Rental Costs<<

MLM or Multi Level Marketing

MLM is also one of the most popular businesses out there, but also one of the hardest to do (But your upline or the friend who recruit you will say otherwise).

When you do MLM, yes, your startup capital is low with few hundreds or thousands only, unlike opening a cafe. But the most difficult part? Finding customers to buy your MLM products. Your upline will tell you to sell to your friends or family members. If you’ve done MLM before, or have friends who done MLM before, you will know what I mean (and how many friends start to avoid you).

No one likes to sell to friends and family. Worse, what if your friends and family don’t buy from you, who can you sell to? Doing roadshows at shopping malls?

Selling is not suitable for everyone, and that’s why many people fail in MLM business.

>>Discover This Business Which Don’t Need You To Sell To Your Friends<<

3. Website Design

Another business most people tried is Website Design. This is usually done by people with some IT technical skills. A website project can earn you RP.,8000,000 to RP.12,000,000 per website. You don’t need to pay high rental too, as you can work from home.

This may get you thinking… “Wow, In this case, I can just do 1 website per month, and I can easily earn RP.12,000,000! I can also work from home!” This is what most website designers first thought also.

What they don’t know, is that handling customers can be a big headache. Customers have tons of changes to their website, and your most websites cannot complete in 1 month, but after 6 months to even 1 year!

Furthermore, customers will call you at night or weird hours to demand quick changes.

Most people give up their web design business, rather than dealing with endless customer support.

>>Discover This Business That Don’t Need You To Do Customer Support<<

Is It Still Possible To Build A Business, Without Huge Rental, WithoutFinding Customers Or Selling To Friends And Family, And Without Doing Customer Support?

Yes. It is possible.

And it is also what I called the best business model for ordinary Indonesians who don’t like to sell, don’t like to do customer support, don’t need huge rental… and still can make 6 figures in USD like this.

Just like you, we are ordinary Indonesians who want to start businesses so we can earn more, and also have more freedom in our lives. And the business which allow us to achieve all that, is to build an Amazon eCommerce business.

With Amazon, we have made 6 to 7 figures in USD, and

  • No need to create any websites
  • No need to handle inventory
  • No need to deliver products to your customers’ doorstep
  • No need to find customers yourself
  • No need to do customer support
  • No need to hire employees

Do you want to learn how?

Here’s the good news.

We will be conducting a Free “5-Star Seller Academy” Seminar to show ordinary Indonesians how they can make an additional 6 figures USD income, without handling websites, doing customer support, or even selling.

Seats are limited, as each class is only limited to 30 people.

“Positive Thinking” Menurut Saya Tidak Sekedar Berpikir Positif, Tetapi…

Tetapi pertama-tama, jauh sebelum “berpikir positif” kita harus dengan sadar dan bila perlu harus memaksakan diri untuk “tidak melihat semua hal dari sisi negatif“. Dengan cara pertama-tama menghindarkan diri dari melihat hal-hal dari sisi negatif, maka kita sebenarnya sudah memungkinkan diri untuk melihat semua hal dari sisi positif. Dengan melihat semua hal dari sisi positif, maka kita akan berpikir positif.

Melihat sesuatu hal, mendengar sesuatu hal, mencium sesuatu hal, biarpun kelihatannya tidak baik, biarpun kedengarannya tidak bagus, biarpun baunya tidak sedap, kita harus belajar untuk tidak bertanya dalam pikiran

  • Apa yang salah?

dan

  • Siapa yang salah?

Sebagai penggantinya, kita harus bertanya

  • Apa artinya buat saya?
  • Apa yang harus saya lakukan terhadap ini untuk mendatangkan keuntungan buat saya?

Keuntungan apapun: rohani, jasmani, ekonomi, politik, …..apa saja.

Berpikir positif tidak berarti dengan emmbabi-buta melihat semua hal sebagai baik dan diterima. Berpikir positif menurut saya berarti selalu melihat semua hal dari sisi pelajaran yang dapat kita petik untuk dijadikan bahan pelajaran dalam melangkah ke depan. Kita tidak dapat mengatakan sebuah “bau busuk” sebagai “bau harum”, atau sebuah “kerugian” sebagai “keuntungan” atau sebuah “pencurian/ pembunuhan” sebagai sesuatu yang baik. Semuanya kita tempatkan kepada porsinya masing-masing.

Tetapi intinya kita tidak hanyut dan terus tenggelam ke dapam hal-hal yang kita lihat sebagai masalah, bau tidak baik, kendengaran salah, kelihatan salah, dan sebagainya.

Berpikir positif menurut saya dalam versi budaya Jawa kita kenal istilah “Ngalir saja!!”

***

Kebiasaan beberapa budaya masyarakat tradisional di dunia sering terbalik. Sudah sering masyarakat adat mengkritik dan memarahi hal-hal yang dianggap salah. Tetapi giliran ada hal-hal yang baik dan benar, tidak pernah dipuji dan jarang disyukuri. Dengan cara berpikir dan budaya seperti ini, maka lahirlah generasi terdidik modern yang setiap saat melihat apa saja selalu secara otomatis melihatnya dari sisi negatif, dari sisi kelemahan, dari sisi kesalahan, dan berpikir selalu untuk mengkritik apa saja yang dianggapnya salah, kurang baik, salah dan sebagainya.

Tentu saja, berpikir positif tidak membabi-buta, tetapi yang terpenting berpikiran negatif setiap saat adalah penyakit yang harus dihindari manusia siapa saja yang ingin maju dan menang dalam perjuangan hidup ini.

“Fear Factor”: Mentalitas Budak, Pertanda Orang Tidak Tahu Diri

“Fear Factor” adalah judul sebuah permainan di Televisi, yang menguji nyali para peserta dalam permainan. Saya tidak bermaksud itu.

Yang saya maksudkan dalam tulisan ini ialah hubungan antara manusia bermentalitas budak dan “rasa takut” atau faktor ketakutan biasanya berhubungan erat. Dengan kata lain, manusia di dunia memiliki rasa takut, takut apa saja, adalah pertanda dia memiliki bibit-bibit mental budak.

Katakanlah takut api, takut gelap, takut naik pesawat, takut lihat tentara, takut lihat polisi, takut bicara kebenaran, takut mengungkapkan apa adanya, takut bicara. Semua rasa takut ini saya sebut sebagai “faktor ketakutan” yang merupakan pertanda orang tidak tahu diri. Orang tidak tahu diri karena dia tidak punya identitas, karena identitas dia ditentukan oleh tuan-nya, dia hanyalah seorang hamba, seorang budak yang tidak punya identifikasi dan identitas diri sendiri.

Di dunia modern, rasa takut bisa dikategorikan ke dalam “phobia” dan “trauma”. Dan pendekatan yang digunakan ialah lewat analisis dan terapi psikologis, hipno-terapis, psiko-terapis, psikologi transformasional, dan banyak cabang ilmu psikologi yang dikembangkan berdasarkan ilmu psikologi yang dikembangkan di Eropa.

Intinya mereka katakan apa saja yang kita rasakan hari ini bisa berasal dari segala hal yang kita alami pada masa-masa ini:

  1. Diwariskan dalam DNA dari ayah-buda, dan dari nenek-moyang kita, sehingga kondisi psikologis kita adalah warisan orang tua dan nenek-moyang, terekam dan tercatat dalam DNA kita.
  2. Kita warisi dalam hidup kita sendiri, dari apa yang pernah kita lakukan sebelum kita lahir. Ada lagi yang percaya teori inkarnasi, sehingga mereka katakan apa yang ada hari ini adalah warisan dari apa yang kita miliki sebelum kita berinkarnasi sebagai “self” hari ini.
  3. Kita warisi dari peristiwa-peristiwa yang terjadi sejak di dalam kandungan, dan terutama di waktu kita dilahirkan di Rumah Sakit. Di Rumah Sakit kita lahir ke Bumi. Saya sudah sebutkan dalam artikel dalam blog lain “Breathwork dan Trauma Saat Kelahiran di Tumah Bersalin (Rumah Sakit)
  4. Apa yang kita alami sepanjang kita hidup juga bisa menjadi penyebab kita menjadi penakut, rakut lahir, takut hidup, takut mati, takut dalam banyak hal dalam hidup ini.

Fear Factor dan OAP

Saya secara khusus tertarik  bicara kita orang Papua karena “rasa takut” ini sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan orang Papua.

  1. Pertama, semua orang Papua, siapa saja, kapan saja, di mana saja, pokoknya semua orang Papua memiliki “rasa takut tanpa alasan terhadap orang Amberi“, yang dalam bahasa politik disebut orang pendatang dari Jawa, Sumatera, Sulawesi dan NTT yang meraja-lela di Tanah Papua. Saya pernah bertanya kepada diri sendiri, “Apa alasan rasa takut ini?” Seara logika sebenarnya tidak ada alasan, tidak dapat saya sebutkan dengan mudah. Saya bisa sebutkan interpretasi apa artinya rasa takut itu, tetapi secara serta-merta saya tidak sanggup menyebutkan penyebab rasa takut itu. Saya harus mengaku, rasa takut itu baru hilang pada tahun 2017 lalu.

    Saya harus terus-terang kasih tahu, siapa-pun kita orang Papua, kita Gubernur, Bupati, Anggota atau Ketua Dewan, Anggota TNI atau Polri, apapun pekerjaan kita, kita orang Barisan Merah Putih atau Barisan Bintang Kejora, pengusaha atau petani atau berburu di hutan, guru atau Pendeta, Haji, Kristen, Islam, kita semua sebagai orang Papua, pasti memiliki “rasa takut tanpa alasan” ini terhadap orang Pendatang.

  2. Kedua, semua orang Papua memiliki rasa takut terhadap TNI dan Poliri. Walaupun kita sendiri tentara, kita sendiri anggota Polri, atau mungkin komandan di dalam satu pleton sekalipun, entah kita pejabat yang selalu mendapatkan pengawalan siang-malam, atau kita yang hidup tanpa sentuhan TNI/Polri di hutan-hutan dan kampung-kampung, “rasa takut terhadap TNI dan Poliri selalu hadir dan ada“Semua orang Papua tahu, mendengar cerita dari berita maupun dari teman, tetangga dan kerabat sendiri, bahkan banyak yang mengalami sendiri, di mana anggota TNI dan Polri pernah membentak, memaki, menakut-nakuti, menangkap semena-mena, memukul, memenjarakan, bahkan membunuh sesama orang Papua. Sampai hari ini berita-berita itu terus tersiar dan dibaca, didengar oleh orang Papua. Memang ada bervariasi kadar dan frekuensinya, tetapi “rasa takut terhadap aparat TNI/Polri itu tetap ada, pasti ada, dan dia ada di semua lapisan masyarakat orang Papua. Bahkan anggota TNI/Polri orang Papua-pun pasti punya rasa takut ini.
  3. Semua manusia punya rasa takut karena rasa takut adalah emosi yang normal. Malahan kita harus mempertanyakan manusia yang tidak punya rasa takut sebagai manusia abnormal, di luar kebiasaan manusia. Orang tidak takut kita bisa sebut dengan mudah sebagai “orang gila”.Akan tetapi, ada orang yang tidak punya rasa takut, bukan karena mereka gila, tetapi mereka abnormal secara positif, yang orang yang telah menghadapi dan mengalahkan “rasa takut” itu sendiri.

Langkah Saya untuk Mengalahkan “Fear Factor”

Saya tidak bicara atas dasar imaginasi atau harapan atau setelah membaca buku psikologi tentang rasa takut dan membeli obat pil untuk menghilangkan rasa takut, tetapi saya bicara dari pengalaman saya pribadi, sepanjang setengah abad hidup saya, bahwa “rasa takut” dapat dihilangkan, atau lebih tepat “dapat dikalahkan”. Dan kedua bahwa menghilangkan rasa takut tidak berarti menjadi gila, tetapi menjadi tercerahkan dan terbarukan.

  1. Langkah pertama, seperti anda sudah bayangkan, adalah “mengakui secara jujur” bahwa saya benar-benar memiliki “rasa takut” dalam diri saya sendiri. Dan bahwa “rasa takut” saya itu tidak rasional, karena itu saya tidak dapat memetakan dan menjelaskan apa yang sebenarnya saya rasakan dan mengapa saya merasakannya, apalagi bagaimana menyelesaikannya.
  2. Langkah kedua, mengambil sikap dan keputusan untuk berupaya dan memastikan harus mengalahkan rasa takut dimaksud. Banyak orang mengakui atau menyadari atau merasakan ada rasa takut di dalam diri mereka, tetapi mereka tidak mamu mengakui, apalagi tidak punya sikap untuk mengalahkannya, dan karena itu tidak ada usaha untuk mengalahkannya.
  3. Ketiga, ada sejumlah usaha yang dapat kita lakukan, yang harus kita pilih untuk membawa diri keluar dari kandang atau penjara atau kurungan “rasa takut”.
    1. Pengalaman saya adalah pertama-tama saya melakukan “Inner Smile” secara teratur membawa banyak sekali perubahan dalam hidup saya. Bukti pertama dan utama yang saya alami ialah rasa takut untuk terbang dengan pesawat, langsung serta-merta hilang total. Sudah banyak tiket penerbangan dengan total biaya ratusan juta saya rugi karena sering membatalkan penerbangan. Sekarang penerbangan sampai ke bulan-pun saya siap.
    2. Pengalaman kedua saya ialah melakukan meditasi dan doa-doa. Saya beragama Kristen secara keturunan sejak ayah-ibu saya, jadi saya berdoa menurut agama Kristen. Kita berdoa tidak sekedar sebagai seorang hamba memohon dan meminta, tetapi menjadikan Tuhan sebagai kerabat, sahabat dan pelindung yang siap membantu. Bukan menjadikan Dia sebagai pembantu tetapi sebagai pelindung dan penolong yang sejati. Pergi ke geraja dan pulang, menghadiri ibadah secara ritual biasa tidak sama dengan memandang Tuhan sebagai pelindung dan teman sejati.

      Dalam meditasi dan doa, ada banyak hal terjadi. Contohnya menurut  Muktananda dalam bukunya “Play of Consciousness” by Swami Muktananda, b.1908, South India mengatakan dunia ini hanyalah sebuah ilusi, sebuah gambaran dari apa yang ada sesungguhnya di dalam tubuh, di dalma badan kita. Oleh karena itu, kita harus bermeditasi sampai ke dalam sum-sum dan unsur-unsur kehidupan kita, sampai kepada titik “maut”. Sama dengan Yesus disalibkan dan mati, lalu bangkit dari antara orang mati, demikianlah seharusnya kita bermeditasi dan akhirnya mematikan semua yang bersifat duniawi, dan bangkit mengalahkan maut. Dengan demikian kita menjadi “merdeka”, dan dengan demikian rasa takut “lenyap”.

    3. Yang ketiga ialah menghadiri dan mempratekkan Breathwork. Perihal breathwork ini sudah banyak saya kisahkan dalam www.kisah.us (Kisah ku-Kisah mu, Kisah Kita Semua).
    4. Kalau Anda punya uang, tentu saja saya tidak, maka saya sarankan Anda mengikuti terapi psikologis, terutama Transformational Psychology secara rutin untuk keluar dari rasa takut. Pendekatan lain yang malah mengurangi pengeluaran uang ialah banyak berdoa dan berpuasa karena berdoa dan berpuasa sudah terbukti di seluruh dunia dalam sejarah semua manusia bahwa doa-puasa memiliki kekuatan pembebasan yang sangat besar.

Catatan Penutup: Apa yang Dapat Saya Lakukan untuk Membantu Kita Bebas dari “Rasa Takut”

Sebanarnya saya harus katakan, bukan dari “rasa takut” saja, tetapi dari semua emosi-emosi negatif yang ada dalam tubuh kita dapat kita hilangkan, dan menjadi sehat.

Saya sudah belajar selama beberapa lama dengan GrandMaster Mantak Chia dan sekarang saya adalah Associate Instructor dari Universal Healing Tao System  yang saat ini berada di Indonesia dan Melanesia. Saya dapat memberikan workshop untuk kelompok Tahanan Politik, Polisi, Tentara, Pejabat Pemerintah, Mahasiswa, Ibu dan Anak, Lelaki, Perempuan, Tua, mua, di manapun Anda berada di seluruh Indonesia dan Melanesia.

Saya juga adalah Fasilitator dari Breath of Bliss setelah menyelesaikan pendidikan untuk fasilitator. Saya bisa memfasilitasi kegiatan Breathwork di mana saja.

Breathwork yang saya kembangkan didasarkan atas tarian adat dan ritual bangsa Papua dikombinasi dengan musik tradisional, popular Papua dan musik modern lainnya.

Info lebih lanjut: info@healingjourney.love